Entah karena apa atau memang alangan, sesuatu yang baru-baru ini aku tulis malah tidak mengenakkan bagiku. Pertama, dua hari lalu aku menuliskan tentang keluargaku, sudah pasti aku menuliskan juga tentang bagaimana kedekatanku dengan adikku yang bontot. Eh, koq sorenya setelah aku pulang kerja dan baru saja sampai rumah ada insiden yang membuat kami bertengkar hebat. 

Aku benar-benar shock, dia seolah-olah bukan 'si kecil' yang seperti biasanya lagi. Aku kecewa dengannya. Bagiku, apa yang diperbuatnya sudah melewati batas kewajaran. Aku bukannya gila hormat atau apa, tapi akulah kakaknya, yang bagaimanapun dia harus 'menurutiku'―toh yang aku perintahkan bukan hal yang salah, bukan malah kurang ajar seperti apa yang telah diperbuatnya sore itu. 

Gara-gara kejadian tersebut, mood-ku langsung menurun drastis dan sampai sekarang aku belum bisa mengembalikannya seperti semula. Aku masih malas berbicara dengan orang meskipun sekedar menjawab sebuah pertanyaan. Aku juga semakin mahal senyum daripada biasanya. Gairah hidupku menguar begitu saja.

Belum hilang sepenuhnya kekecewaanku pada kejadian pertama, siang tadi aku harus mengalami sesuatu yang tak mengenakkan lagi. Gee bermasalah! Padahal, baru saja aku juga menuliskan tentangnya. Masih sampai daerah Ngasem, kira-kira separuh perjalanan menuju kantor, tiba-tiba remnya patah atau apa lah, aku tak paham. Yang jelas ia jadi tak mau dikayuh, dituntun pun berat banget dan bannya mengeluarkan bunyi berisik. Pokoknya bikin malu banget deh.

Kebetulan waktu si kuda hitam ngambek, aku sedang berada tak jauh dari bengkel kecil pinggir jalan. Ke sanalah aku, tapi hasilnya nihil.

"Wah, rem e nggepok niki, mbak. Nggen kula mboten gadah kunci. Coba dibetha teng bengkel prapatan rika, ler ndalan," begitu kata bapak pemilik bengkel.

"Ouch, brarti niki kedah dibuka sedaya nggih, pak?"

"Nggih, mbak. Dibetha mawon teng prapatan, mboten tebih kok."

"Nggih, pak. Matur nuwun."

Akhirnya, di tengah sinar matahari yang mentereng dengan gagahnya, aku menuntunnya menuju perempatan yang ternyata agak jauh juga kalau dituju dengan membawa beban. Eh, aku bukan sepenuhnya menuntun ding, lebih tepatnya menuntun sambil mengangkat bagian belakang, soalnya kalau tak diangkat bakalan menimbulkan bunyi berisik tuh! (-__-")

Sampai di perempatan yang dimaksud, lagi-lagi hasilnya nihil. Tutup! (fyuhhh...) Untuk sementara aku menepi di emperan toko yang tutup. Aku coba menghubungi bapak, sial tiga kali. Bapak sedang di jalan Imogiri. Sementara waktu di layar HP menunjukkan jam 12.44, kalau aku nungguin bapak, pasti telat. Antara panik dan bingung! Aku celingukan, dan akhirnya kuputuskan untuk menitipkan si kuda hitam di tempat sablon kaos sebelah bengkel, setelah itu aku sms bapak agar nanti mengambilnya. Done! Segera kucari becak dan menuju ke tempat kerja di daerah Ngampilan. Sampai kantor tepat jam 13.00.

Ya Allah, kenapa aku bisa sesial ini? Perasaan tadi siang waktu mau berangkat aku juga berdoa seperti biasanya. Huff! Namanya juga alangan. Tapi aku masih heran, mengapa masalah-masalah ini timbul setelah aku menuliskannya??! :O

Shalluvia. 2022 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.