Sebagai pelaku bike to work selama hampir 10 tahun, aku merasa ada yang kurang saat kemudian memutuskan resign pada akhir 2016 lalu. Meski awalnya terpaksa karena tak berani mengendarai sepeda motor, sementara berharap diantar setiap hari tak mungkin, mengandalkan angkutan umum pun nihil karena tak ada bus yang rutenya menghubungkan rumah dengan tempat kerja―zaman dulu belum ada ojek online, lama-kelamaan aku menikmati rutinitas bersepeda. Kebanyakan memang dari rumah ke kantor dan sebaliknya, tapi terkadang juga bersepeda santai bersama kawan-kawan.

Kalau saat itu sudah ada aplikasi Endomondo, mungkin jam gowesku bisa disebut lumayan tinggi, setiap hari bersepeda kurang lebih 5 hingga 7 kilometer. Dari mulai bersama Gee hingga digantikan Hugo―nama-nama sepedaku.

Selama menjadi pesepeda, tidak ada hal buruk yang kurasakan. Aku justru merasa lebih fit, jarang sakit, dan percaya atau tidak... berat badan stabil, angka di timbangan enggan bergeser ke kiri ataupun ke kanan. Tak jarang ada teman yang nggumun dan iri dengan hal ini. Namun sekarang, bekerja di rumah membuatku jarang bersepeda. Niat selalu ada, tapi kenyataannya lebih menang si rasa malas. Akhirnya seminggu hanya bersepeda sekali, dua kali, tiga kali... seringnya, sih, sekali saja. Hahaha. Itupun rutenya tidak pernah jauh dari kota.

Setelah iseng menelusuri foto-foto di memori ponsel, aku membuat kesimpulan ada beberapa lokasi sangat cocok untuk bersepeda santai, sendiri ataupun bersama kawan. Selain aman dan sangat mudah dijangkau karena masih di pusat kota, tempat-tempat berikut juga sangat instagramable.


1. Kompleks Kepatihan

Bagiku, tempat ini sangat favorit. Kalau dari rumahku, aku biasa mengambil rute ke utara sampai perempatan Bank BNI, kemudian ke barat hingga Rumah Sakit PKU, lanjut ke utara lagi menuju Pasar Kembang, dan kembali ke selatan melintasi kawasan Malioboro.

Sebelum Batik Terang Bulan, berbelok ke kiri, sampai di Jalan Suryatmajan dan akan menemukan deretan lampu khas Jogja, juga trotoar lebar nan cantik dengan tanaman-tanaman di pinggirnya. Di depan pintu selatan Kantor Gubernur ini, biasanya aku berhenti beberapa saat untuk istirahat, foto-foto, atau sekadar menikmati lalu-lalang kendaraan yang melintas.

depan kepatihan di pagi hari
ngaso sebentar...
bukan mendung, tapi memang masih pagi banget
rame-rame lebih seru

2. Kawasan Pecinan Ketandan

Tak jauh dari Kompleks Kepatihan, kawasan ini juga pas sebagai tujuan bersepeda santai. Dari Kepatihan langsung saja menuju ke selatan, dan kamu akan menjumpai pintu-pintu rumah yang khas banget dengan arsitektur Tionghoa.

Hampir semua bisa dijadikan latar untuk bernarsis-ria bersama sepedamu. Dijamin banyak pengikutmu di Instgram akan iri. #ehh

narsis di salah satu pintu
pintu yang paling sering diajak foto :D
hugo ganteng banget, deh!
narsis lagi...

3. Titik Nol Kilometer

Masih di seputaran Malioboro, Nol Kilometer setelah direnovasi beberapa saat lalu menjelma tempat yang tak hanya nyaman untuk nongkrong, tapi juga cantik.

Di pagi hari, tempat ini masih sepi, belum banyak orang berlalu-lalang. Bebas mau foto-foto di sudut mana pun. Apakah sepeda boleh dinaikkan ke trotoar? Boleh banget!

mau ke mana, hayoo?
langitnya cantik...

4. Plaza Ngasem dan Taman Sari

Dari Malioboro, lanjut gowes menuju selatan, melewati Alun-alun Utara dan mengambil jalur ke barat melewati Jalan Kauman atau Jalan Rotowijayan. Kalau ingin lebih terasa Jogjanya, pilih Jalan Rotowijayan. Dari dua jalan tadi, kemudian menuju selatan. Pintu utama Pasar Ngasem pun terpampang nyata di depan mata.

Lokasi Plaza Ngasem ada di dalam pasar, ya. Jangan parkir sepedamu jika ingin narsis bersama di area plaza. Langsung saja bawa masuk ke dalam, tidak ada larangan membawa sepeda di sana.

kalo bersepeda sendiri, hanya bisa foto setang...
bersepeda di saat cuaca cerah sungguh mengasyikkan
Sedangkan untuk ke Taman Sari, bisa menuju ke timur latas ke selatan dari Pasar Ngasem. Jangan sampai keliru belok saat akan masuk ke gangnya, karena ada banyak. Perhatikan saja papan penunjuknya.

Di Taman Sari, biasanya aku hanya berhenti di pelataran depannya, karena baru buka jam 09.00, sementara aku bersepeda selalu pagi-pagi. Kalau sudah buka pun, sepeda juga tak boleh dibawa masuk. Jadi, memang cukup berfoto di depannya.

jangan salah fokus ke kresek, yaa...

ini masih di pelataran taman sari juga, di depan masjid soko tunggal


5. Kawasan Petilasan Mataram Kotagede

Tempat ini sedikit menjauh dari pusat kota, tapi masih sangat aman untuk bersepeda sendiri. Kalau aku, meski sudah berkali-kali ke sini, tetap harus dengan kawan. Bagiku Kotagede tak ubahnya labirin yang seolah hanya membuat berputar-putar saat memasukinya. Maklum, di perkampungannya banyak gang kecil dan berkelok-kelok.

Senangnya di Kotagede adalah banyak tembok dan pintu cantik yang membuat sebentar-sebentar-berhenti-untuk-narsis.

di luar tembok makam
gapura paduraksa
Selain menyusuri lorong-lorongnya, tujuan utama ke Kotagede adalah Makam Raja-raja Mataram dan Sendang Seliran. Di tempat ini sepeda tidak bisa dibawa masuk, jangan berharap narsis dengan sepedamu di dalam.

Oh iya, jangan lupakan Rumah Pesik dengan tembok memanjang dipenuhi jendela dan pintu cantik. Berfoto dengan latar temboknya akan membuatmu mengeluarkan tenaga lebih dan harus sedikit bersabar karena banyak kendaraan yang melintas.

Ada juga rumah milik salah satu penduduk dengan pintu cantik dan temboknya yang dipenuhi tanaman hijau. Sekadar saran, saat foto-foto di depan rumah ini jangan menjelang magrib kalau tak ingin diperingatkan oleh pemilik rumah di depannya.

di depan rumah pesik
numpang foto depan rumah orang
bersama pinky
Mumpung masih di Kotagede, disarankan sekalian mampir ke pabrik Cokelat Monggo.  Di halamannya saja sudah cukup, kok. Di sana disediakan photo booth dengan skuter pink yang nangkring dan akan membuat fotomu lebih menarik.

bonus... dalam perjalanan

bonus juga... dalam perjalanan
Masih banyak tempat di kota Jogja yang instragamable saat bersepeda-ria. Lima tempat di atas hanya yang sering menjadi ruteku saja. Kadang, saat bingung harus ke mana karena bosan dengan rute yang itu-itu saja, aku memilih bersepeda mengelilingi benteng Kraton. Lumayan, lho, bisa membuat keringat deras mengalir.

Saat menemukan hal yang unik atau cantik, aku menepi untuk sekadar mengambil foto Hugo dengan latar tersebut. Karena, bersepeda tak melulu untuk membuang kalori, tapi juga untuk menyegarkan pikiran. Sudah ada ide, mau bersepeda ke mana wiken in?

***