Semenjak bangun tidur, entah mengapa aku merasa terus kepikiran suatu hal. Seolah ada yang memintaku untuk segera menuliskannya. Barangkali, di luaran sana memang sedang ada orang-orang yang butuh dikuatkan dengan pemikiran sederhana yang kusampaikan lewat tulisan ini.

Setiap orang memiliki struggle atau perjuangan dalam hidupnya masing-masing, pun memiliki ketahanan mental yang berbeda satu dengan lainnya. Ada hal-hal yang kita anggap sepele, tapi ternyata bagi orang lain sangat berpengaruh untuk mentalnya hingga membuat sakit hati atau merasa sedih. Begitu pun sebaliknya.

Perkara ketahanan mental, kian mencemaskan di masa kini. Ada saja kasus seseorang yang memilih mengakhiri hidupnya karena merasa sudah tak memiliki harapan sebagai alasan untuk melanjutkan hidup, atau merasa tak tahan dengan berbagai penilaian buruk dari orang lain.

Tolong, siapa pun jangan pernah ada lagi yang berniat mengakhiri hidup sendiri, apa pun masalah yang sedang dihadapi. Kesusahan atau masalah pasti ada dalam hidup, tetapi percayalah, bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Kita semua adalah orang-orang berharga, lho. Tetaplah hidup, meski merasa tak berguna. Ada yang diam-diam bersyukur karena kita hidup, tetapi seringnya kita tak mengetahui hal tersebut.

tetaplah menyala, abangku!

Makanya, bagi yang suka menghakimi, plis tahan hasrat julid untuk memberikan penilaian buruk pada kehidupan orang lain, terutama berdasar pencapaian atau apa pun yang dilakukannya. Kadar bahagia seseorang itu tak bisa ditakar dengan sudut pandang orang lain. Jadi biarlah seseorang menikmati hidup dengan caranya sendiri, meskipun menurutmu jalannya tak sesuai standar pemikiranmu atau standar yang terjadi dalam masyakat pada umumnya. Selalu ada alasan, mengapa seseorang begini dan mengapa seseorang tak begitu. Tidak perlu dikomentari, toh bukan urusanmu.

Jalan hidup satu orang dengan yang lainnya itu berbeda, setiap orang memiliki timeline sendiri. Seperti tren yang pernah ramai di sebuah platform media sosial beberapa waktu lalu, sebelum digantikan keriuhan copras-capres. Banyak konten menunjukkan seseorang yang menikmati hidupnya seolah-olah sedang berada di masa remajanya, padahal usianya sudah berada di angka 30-an, malah di atasnya juga.

Mereka melakukan hal itu karena merasa dulu tidak seberuntung  remaja-remaja lainnya yang bisa membeli atau melakukan berbagai keinginan karena kondisi perekonomian orang tua mendukung. Menurutku, tren tersebut tak ada salahnya. Aku pun pernah berada pada fase tersebut, tetapi tak sampai kalap yang lantas menuruti segala keinginan tanpa tahu ada manfaatnya atau tidak.

Manusia melakukan hal ini atau hal itu tak ada patokan harus saat berada pada usia berapa atau rentang waktu kapan. Kalau memang waktunya sudah tepat, pasti akan datang hal-hal tersebut. Tak hanya terkait kehidupan penuh warna yang "seharusnya" dinikmati pada masa remaja, tetapi juga perihal studi, karir, pernikahan, keturunan, gaya hidup, dan sebagainya.

"Saat ini, rasanya mungkin kau tertinggal  dari orang lain. Meski begitu, hiduplah." ~ Tomorrow (K-Drama)

Iya, hidup memang sawang-sinawang. Di satu sisi, kadang kita merasa ingin ada di posisi orang lain, sementara pada sisi lain ada juga orang yang justru merasa ingin menjalani hidup seperti kita.

nikmatilah hidup, banyak hal indah di sekitar

Dahlah, tak usah merasa tertinggal ataupun lebih unggul dibandingkan siapa pun. Masing-masing memiliki garis edar sendiri. Berjalan terus dan nikmati hidup. Hal-hal baik akan dijumpai. Semangat, kita semua!

***

**Jogja, 7 Februari 2024, 9:48 WIB

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.