Rafting Ceria
Rasa takut atau cemas yang berlebihan memang menyebalkan, karena ujung-ujungnya bisa jadi paranoid. Seperti yang kualami sejak awal bulan Mei ini. Kantor tempatku bekerja akan mengadakan piknik rutin yang pilihan destinasinya ada beberapa dan setiap karyawan berhak memilih salah satu tempat yang sudah masuk daftar. Saat itu, aku berharap agar jangan rafting alias arung jeram. Tapi apa mau dikata, kenyataannya justru banyak yang memilih rafting. Alhasil, disepakati lah kalau tujuan piknik bulan ini adalah rafting. Oh, noooo...!!
Ya, aku memang punya ketakutan berlebihan pada segala kegiatan yang harus berhubungan dengan arus air, apalagi yang arusnya deras seperti rafting. Hal tersebut dikarenakan saat cavetubing di Kalisuci beberapa waktu lalu, ban yang kugunakan dibalik dengan paksa oleh beberapa kawan. Aku yang pada dasarnya tak bisa berenang jadi panik dan kemudian 'tenggelam', meskipun sudah memakai pelampung. Dari kejadian itu, aku jadi trauma dan 'takut dengan air', termasuk untuk mengikuti rafting yang katanya bakal ada tragedi perahu sengaja dibalik juga. Ok, tertawakan saja aku dengan segala ketakutanku!
menunggu teman dari karanganyar sambil narsis (dok. Bety Utami) |
narsis sebelum berangkat! (dok. Aloysia Dita) |
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang ditunggu. Minggu, 19 Mei 2013, piknik yang diikuti oleh seluruh karyawan dan para member berstatus master dealer direncanakan berangkat dari kantor jam 07.30 pagi, namun sayangnya rencana itu molor hingga 1 jam karena salah satu teman dari kantor cabang di Karanganyar tertinggal kereta. Meski di bus banyak candaan, aku masih belum bisa menetralisir ketakutanku pada apa yang akan kuhadapi nantinya di sungai.
Awalnya yang kutahu lokasinya adalah di Sungai Elo, tapi ternyata itu hanya tipuan Mas Bos. Kenyataannya, kami akan rafting di Sungai Progo (atas) yang sama-sama terletak di Kabupaten Magelang. Huaaaa.... itu berarti arusnya lebih menantang―dan tentu saja menakutkan―dong ya?!
suasana bus bagian depan (dok. Bety Utami) |
suasana bus bagian belakang (dok. Bety Utami) |
Kurang lebih jam 10.00 kami tiba di TKP. Setelah berganti pakaian, kami langsung digiring ke dalam angkutan-angkutan kecil semacam mikrolet di Jakarta yang kalau di sini kami menyebutnya kol untuk menuju ke Sungai Progo. Semakin ketar-ketir perasaanku, hahaha... Tapi bagaimanapun, ketakutan itu musti bisa ditaklukkan!
Tujuh perahu sudah diturunkan ke tepian sungai, pelampung dan helm sudah dikenakan, dayung sudah di tangan, dan tujuh kelompok yang masing-masing terdiri dari enam orang pun sudah terbentuk. Sebelum memulai 'perjalanan', tak lupa kami berdoa serta mendapatkan briefing singkat tapi lengkap. Mulai dari bagaimana cara memegang dan menggunakan dayung, apa yang harus dilakukan kalau terlempar dari perahu dan terseret arus, hingga bagaimana cara merespon pertolongan, semua dijelaskan. Meski begitu, aku tetap nervous.
suasana briefing (dok. Kompas Adventure) |
btw, tuh kaan... di spanduknya aja tulisannya citraelo (dok. Kompas Adventure) |
my teammates, ki-ka: mas nur (marketing), aku, nina (cs. officer), aziz (operator), pamula (cs), mas husna (member master dealer) |
Aku memilih duduk di bagian kanan paling belakang, dekat dengan pemandunya. Teman-teman satu kelompokku tahu kalau aku sangat tegang, untungnya mereka bisa memahami dan memberiku dukungan. Menurut pemandu yang aku lupa namanya, kami akan menyusuri Sungai Progo sejauh 10 kilometer karena arus yang menantang di sana memang hanya 9 kilometer pertama saja. Jarak 10 kilometer tersebut akan ditempuh kira-kira dalam waktu 1,5 jam, sehingga tak ada istirahat seperti kalau mengarungi Sungai Elo yang berjarak lebih panjang. Meski jarak rafting di Sungai Progo hanya 10 kilometer, tapi jeram-jeram yang akan dihadapi justru lebih deras dan menantang daripada di Sungai Elo.
pasukan siap bertempur (dok. Kompas Adventure) |
Awal menyusuri sungai, arusnya masih tenang dan belum ada kehebohan. Teman yang duduk di sampingku terus memberiku semangat agar tidak tegang dan takut. Kira-kira memasuki jarak 200 meter, arus sudah mulai agak menantang. Pemandu mulai memberi instruksi agar kami terus mendayung agar menjauh dari perahu lain kalau tak ingin dijatuhkan di dekat tebing. Bila ada perahu yang saling berdekatan, maka kami akan saling menyiram air dengan dayung. Hal tersebut mengurangi keteganganku karena menimbulkan tawa. Cerahnya suasana dengan langit biru sempurna yang menaungi perjalanan dan hijaunya pepohonan di pinggir sungai juga sedikit membuatku merasa rileks.
kelompok santai nih kayaknya (dok. Kompas Adventure) |
ini nih, kelompok paling jahil! (dok. Kompas Adventure) |
Memasuki jarak 2 kilometer, pemandu memberi tahu kalau kami akan segera melewati jeram maskot Sungai Progo, yaitu Jeram Ace. Pada jeram ini, arusnya deras dan kedalamannya tajam. Kami harus benar-benar mengikuti instruksi kalau tak ingin perahu jatuh di tengah-tengah jeram. Saking tegangnya, aku sampai selalu mengulang instruksi yang diberikan. Sebenarnya hal itu agar teman-teman yang di depanku mendengar instruksi pemandu yang seringkali ditelan suara derasnya arus. Pada Jeram Ace, ada tiga teman dari perahu lain yang jatuh dan kemudian terseret arus, tapi akhirnya mereka berhasil menaiki perahu kembali. Saat di jeram tersebut, pemandu juga memberi tahu kalau ada juru kamera
di sisi kanan, jadi bersiaplah bergaya. Namun jangankan bergaya, kami
malah sibuk mendayung dan bahkan teman yang duduk di depan tak mendengar
sama sekali.
kelompok paling bekerja keras, hahaha... (dok. Kompas Adventure) |
kelompok paling foyaaa! (dok. Kompas Advebture) |
Kemudian pada jarak 4 kilometer, kami kembali melewati jeram yang menurutku lebih menantang dari jeram pertama. Jeram tersebut bernama Rodeo. Dinamakan Rodeo tentu saja karena saat perahu melewatinya, serasa sedang melakukan rodeo dari atas kuda atau banteng. Tak ada peserta yang tercebur ke sungai, tapi banyak yang jatuh terpental dan masuk ke dalam perahu, salah satunya adalah teman di sebelahku. Seruuu...!! Tapi, takutnya tetap masih ada sih. :))
Setelah melewati dua jeram utama, aku kembali bertanya pada pemandu, "Pak, ini ada jeramnya lagi nggak?" "Ya, masih ada beberapa, mbak, tapi nggak sederas di jeram-jeram yang tadi." Benar saja, ternyata di depan memang masih banyak jeram yang meskipun arusnya tak sederas dua jeram pertama, tapi mampu memacu adrenalin juga. Contohnya saja jeram yang dinakaman Jeram S. Lagi-lagi menurut
pemandunya, kalau perahu bisa melewati jalur dengan 'benar', maka jejak
yang ditinggalkan akan membentuk huruf S. Kemudian, di salah satu jeram, ada seorang teman yang kembali terjatuh dan terseret arus hingga helm dan dayungnya terlepas. Saat itu, beberapa pemandu sudah mulai panik. Beruntung setelah beberapa saat, ia berhasil ditarik ke perahu.
di jeram ace, tiga teman terjatuh (dok. Kompas Adventure) |
Pada beberapa titik yang aliran sungainya tenang, banyak teman yang malah sengaja diceburkan oleh pemandunya, bahkan perahunya dibalik. Syukurlah pemandu di perahuku tak usil, hanya saja saat hampir finish, teman di sampingku dijatuhkan karena ia 'protes' kalau perjalanannya kurang lama. Hahaha rasakan! Mungkin sebenarnya pemandu perahu kelompokku usil, tapi ia tahu kalau aku memiliki kecemasan berlebih. Dari awal aku sudah mewanti-wantinya kalau perahu kami jangan dibalik karena aku memiliki trauma. Bukannya menenangkan, eh... ia beberapa kali malah menakut-nakuti serta mengejekku dengan maksud bercanda. Dan, maafkanlah saya ini, Pak, karena selalu membalasnya dengan ucapan-ucapan sinis. Maklum, pengaruh rasa cemas, Pak! :))
kelompokku yang super kalem. :P (dok. Kompas Adventure) |
Seperti yang telah diperkirakan, kami mencapai finish dalam waktu 1,5 jam. Alhamdulillah, aku mampu menghadapi kemudian mengalahkan ketakutanku dan menikmati olahraga yang menantang tersebut. Yeay! Dan alhamdulillah lagi, aku tidak tercebur ke sungai, karena sebenarnya yang sangat membuatku ketakutan saat rafting adalah kalau jatuh ke sungai dan terseret arus.
Sesampai di atas, kelapa muda telah menyambut kami sebagai penghilang dehidrasi. Sesaat kemudian, kami kembali ke markas operator Kompas Adventure yang terletak di Kampung Ulu Resort, Magelang dengan menaiki angkutan kol lagi. Setelah mandi dan dilanjutkan makan siang, kami pun menutup piknik hari itu dengan foto bersama.
wajah-wajah lelah (dok. Bety Utami) |
cheeeeerrrrss!! (dok. Bety Utami) |
Piknik yang awalnya dipenuhi ketakutan, akhirnya bisa menimbulkan limpahan keceriaan di hatiku. Terima kasih, semuanyaaa... Sekarang, mari kita tunggu piknik berikutnya, tapi nggak mau kalau rafting lagi! Hahahaha...
***