Tak terasa, beberapa waktu lalu sudah satu dasawarsa UU Keistimewaaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disahkan. Banyak pihak yang menyoroti kalau Danais yang digelontorkan oleh pemerintah pusat terkait status keistimewaan tersebut sangatlah banyak, tetapi belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Malahan, ada yang menyebutkan angka kemiskinan di DIY justru meningkat.

"Jadi, selama ini Danais untuk apa saja?" Begitu pertanyaan orang-orang.

Sebagai warga Jogja, aku pun tak tahu betul dana tersebut digunakan untuk apa saja, hanya mengetahui secuil. Namun, di sini aku tak ingin ikut-ikutan mempertanyakan ke mana dana tersebut dianggarkan, karena topik tersebut sungguh sensitif dan pastinya menimbulkan pro-kontra yang mungkin berlanjut ke debat yang tak ada gunanya. Males banget sama keributan aku, tuh.

Aku mau membahas dari sisi menyenangkannya saja. Bukannya menutup mata, toh kita hidup diberi banyak pilihan untuk menyikapi suatu hal. Daripada mempertanyakan atau membahas kekurangan yang tak akan ada jawabannya juga, mendingan membahasa keseruannya saja.

Salah satu hal yang menggunakan Danais ialah sektor kebudayaan, itu yang kuketahui. Jogja sangat gencar mengadakan berbagai acara terkait budaya yang didanai oleh Danais. Sebagai warga Jogja yang sok cerdas dan bijak, serta gemar berburu gratisan, aku harus turut memanfaatkannya, dong.

Caranya? Tentu saja dengan mengikuti atau mendatangi berbagai acara yang didanai oleh Danais tersebut, sehingga peserta atau pengunjung tak perlu mengeluarkan biaya untuk menikmatinya alias gratis.

Lantas acara apa saja yang didanai oleh Danais dan bisa diikuti oleh khalayak umum? Aku merangkumnya berdasarkan pengalaman, sesuai yang pernah diikuti atau dikunjungi. Sebenarnya, ada banyak kegiatan, tetapi hanya beberapa yang kutuliskan di sini. 


1. Workshop atau Lokakarya

Bukan rahasia kalau Jogja merupakan gudangnya seniman dan pengrajin andal. Dari hal tersebut, Dinas Kebudayaan atau yang di sini memiliki nama Kundha Kabudayan seringkali mengadakan berbagai workshop terkait kesenian atau kerajinan tanpa memungut biaya sepersen pun pada para pesertanya.

Proses workshop ecoprint (dok. pribadi)

Workshop seringnya diadakan di tingkat kelurahan atau kecamatan, tetapi kadang ada yang bisa diikuti oleh siapa pun, tidak terbatas pada domisili peserta.

Para peserta dengan karya masing-masing (dok. pribadi)

Contoh workshop yang dibuka misalnya saja cara membatik, membuat shibori, membuat kue, menjahit, sablon, public speaking, dan sebagainya. Sedangkan yang pernah kuikuti di antaranya adalah workshop pembuatan ecoprint. Kegiatannya seru dan menyenangkan. Benar-benar menambah ilmu, dan diajari hingga bisa membuat sebuah karya.

Pamer karya sendiri (dok. pribadi)

Untuk mengikuti workshop-workshop yang diadakan, kamu harus aktif mencari informasi di media sosial yang terkait atau di kampung tempat tinggalmu.


2. Tur Wajib Kunjung Museum

Merupakan sebuah program dari Dinas Kebudayaan yang memfasilitasi anak-anak sekolah untuk mengunjungi museum-museum di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tiga bus WKM yang warna-warni (dok. pribadi)

Namun, karena pandemi Covid-19 menerjang dan ada kebijakan bersekolah dari rumah untuk seluruh sekolah sehingga membatasi aktivitas mereka, maka program ini dialihkan ke usia dewasa dan dibuka untuk masyarakat umum hingga sekarang.

Kunjungan ke Museum Gumuk Pasir (dok. pribadi)

Setiap hari (Senin s.d. Jumat) ada kunjungan ke dua museum dengan tiga bus warna-warni menyerupai karakter Tayo yang disukai anak-anak. Kegiatan ini ada dua jenis, yaitu reguler dan mandiri. Perbedaannya hanya pada transportasi yang digunakan, sedangkan tiket museum, snack, serta makan siang, semuanya gratis. Oh iya, di setiap museum akan didampingi edukator, sehingga tak sekadar berkunjung tanpa tahu apa-apa setelahnya.

Kunjungan ke Museum Wayang Beber Sekartaji (dok. pribadi)

Untuk pilihan museumnya, sudah ditentukan oleh pihak Dinas Kebudayaan. Total museum yang bisa dikunjungi berjumlah 38, semuanya tersebar di seluruh Provinsi DIY (kecuali di Kabupaten Kulonprogo).

Gelang peserta (dok. pribadi)

Cara mengikuti program ini mudah sekali, kamu tinggal membuka Instagram @wajibkunjungmuseum, kemudian klik tautan yang tercantum pada profil untuk mengisi formulir pendaftaran. Kemudian, silakan bersabar menunggu informasi kapan giliran dijadwalkan mengikuti kunjungan ke museum, karena antreannya panjang.


3. Tur Bus Jogja Heritage Track

Kalau kamu suka touring keliling kota menggunakan bus, wajib banget mengikuti kegiatan ini. Program diadakan sebagai salah satu upaya untuk mengenalkan masyarakat pada makna Sumbu Filosofi yang sedang diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Dua bus JHT yang bernama Bus Kraton dan Bus Malioboro (dok. pribadi)

Terdapat dua bus yang disediakan, dan setiap harinya ada tiga kali keberangkatan. Rutenya menyusuri garis Sumbu Filosofi yang memiliki tiga titik penting, yaitu Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Pal Putih.

Foto bersama di depan Museum Sonobudoyo (dok. pribadi)

Tak sekadar menyusuri jalanan dengan naik bus, tur ini didampingi seorang edukator yang akan menjelaskan makna-makna yang melekat pada setiap tempat yang dilintasi.

Didampingi edukator dengan penjelasan lengkap dan tak membosankan (dok. pribadi)

Kalau saat ini rutenya masih sebatas Sumbu Filosofi (Sangkan Paraning Dumadi), ke depan akan dibuka berbagai rute dengan tema tertentu. Seperti yang baru saja diujicobakan lagi adalah Rute Kolonial.

Penasaran ingin keliling kota gratis dengan bus super estetik ini? Pantengin saja Instagram @sumbufilosofi dan rajin-rajin membuka web jogjaheritage.com untuk cek jadwal yang tersedia.


4. Pagelaran Seni di Taman Budaya Yogyakarta

Menurutku, program ini merupakan salah satu dari dua program yang termudah diakses informasinya (bisa diakses di Instagram @tamanbudayayogya) dan paling gampang diikuti.

Menuju concert hall TBY, selalu ramai (dok. pribadi)

Dalam seminggu ada beberapa kali pementasan yang digelar. Bisa berupa kethoprak, dagelan Jawa, teater, pentas tari, dan sebagainya. Lagi-lagi semuanya gratis, bahkan tanpa perlu registrasi. Kamu bisa langsung datang ke concert hall Taman Budaya Yogyakarta pada waktu ada pagelaran.

Pementasan Gelar Karya Sang Maestro Didik Nini Thowok (dok. pribadi)

Kalau ingin menikmati aksi para seniman Jogja, terutama yang sudah memiliki nama besar, seperti Didik Nini Thowok, Marwoto Kawer, Susilo Nugroho atau lebih kondang dengan nama Den Baguse Ngarso, Tejo Badut, dan masih banyak nama lagi, sembari bisa berfoto bareng sesudahnya, boleh lah datang ke pagelaran-pagelaran seni di TBY.


5. Pameran Seni

Komik Weeks di Ruang Pamer Museum Sonibudoyo (dok. pribadi)

Satu lagi yang informasinya paling mudah didapatkan adalah pameran-pameran seni yang biasa digelar di Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo, atau di berbagai galeri seni yang tersebar di Jogja.

Sebuah pameran seni rupa di TBY (dok. pribadi)
Pameran Sejarah Arung Samudra & Warisan Budaya Rempah Nusantara di Gedung Cendrawasih (dok. pribadi)

Informasi adanya pameran seni yang seringnya berupa seni rupa ini bisa didapatkan di berbagai media sosial yang terkait dengan Dinas Kebudayaan. Seperti pagelaran seni yang bisa dikunjungi tanpa registrasi, pameran seni yang diadakan ini pun begitu.


6. Tur Diorama Kearsipan Jogja

Sebenarnya program ini tidak berada di bawah Dinas Kebudayaan, melainkan dalam naungan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah. Namun, akan sayang sekali kalau tak kumasukkan dalam daftar yang bisa dinikmati secara gratis karena keberadaannya didanai oleh Danais.

Start mengikuti tur Diorama Arsip Jogja (dok. pribadi)

Diorama Arsip Jogja menampilkan 430 tahun sejarah Jogja melalui arsip-arsip berupa arsip tekstual, arsip visual, arsip lisan, dan tuturan saksi sejarah yang disusun secara unik serta kreatif untuk memberikan sajian yang informatif, edukatif, sekaligus menghibur.

Ruangan pertama, berupa arsip visual yang menggambarkan perjalanan Panembahan Senopati mendirikan Mataram Islam (dok. pribadi)

Dikemas dalam sebuah tur yang berlangsung kurang lebih 90 menit full penjelasan edukator, para peserta seolah diajak melintasi lorong waktu yang terbagi dalam 18 ruangan. Masing-masing ruangan menggambarkan suatu masa yang pernah dialami Jogja, mulai dari masa Panembahan Senopati yang mendirikan Mataram Islam hingga masa keistimewaan Jogja.

Salah satu ruangan yang membuat takjub (dok. pribadi)

Dengan adanya diorama kearsipan ini diharapkan masyarakat umum dapat memetik pelajaran tentang sejarah Jogja dan jadi mengenal berbagai bentuk arsip.

Ingin menjelajahi sejarah Jogja lewat diorama arsip juga? Bisa langsung datang ke Gedung Depo Arsip di Jalan Raya Janti, masih satu kompleks dengan Grhatama Pustaka (timur Jogja Expo Center). Buka setiap Selasa hingga Minggu dengan pilihan tur antara jam 09.00 s.d. 14.00 WIB. Disarankan registrasi dahulu ke web arsipjogja.id untuk mengikuti tur ini.

Tak lupa narsis (dok. pribadi)

Apakah kamu termasuk warga Jogja yang sepertiku, getol mendatangi berbagai kegiatan dengan embel-embel didanai oleh Danais? Atau malah belum pernah memanfaatkan sama sekali? Kalau belum pernah, boleh banget kegiatan serasa pelesir atau piknik gratis ini sesekali dimasukkan dalam agendamu.


***

**Tulisan ini tayang juga di akun Kompasiana-ku dengan judul sama.

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.