(dok. sate ratu)

Ada yang mengatakan, "Jangan percaya apa pun, cukup percaya pada makanan." Aku sepakat dengan pernyataan itu. Makanan tak akan membuatmu kecewa―setidaknya makanan yang memang disukai. Ia selalu tahu bagaimana cara menggembirakan orang-orang yang melahapnya.

Beruntungnya tinggal di Indonesia yang memiliki beragam kuliner. Dari sekian banyak macam makanan, satai adalah salah satu yang menjadi favoritku. Sate Madura, Sate Padang, Sate Ambal, Sate Taichan, semua suka... bahkan Sate Kere pun.

Nah, ngomongin perihal satai, di Jogja ada yang cita rasanya sudah mendunia, lho. Bukan karena cabangnya ada di seluruh dunia, melainkan restorannya sudah dikunjungi oleh para turis dari ratusan negara di dunia. Hingga tulisan berikut tayang, ada 104 negara yang warganya sudah menikmati kelezatan satai ini. Kok bisa?

Tiga Menu Sate Ratu yang Bikin Ketagihan

Tersebutlah Sate Ratu. Dalam sebuah obrolan bersama Pak Budi Seputro, salah satu pengelola sekaligus pemilik restoran, beliau mengisahkan bahwa awalnya Sate Ratu merupakan angkringan yang terletak di kawasan Jalan Solo. Pada tahun 2016, Angkringan Ratu berubah konsep menjadi Sate Ratu, dari yang sebelumnya menyediakan berbagai menu khas angkringan menjadi spesial satai. Ada tiga menu yang menjadi andalan restoran yang berlogo kepala ratu ini.

1. Sate Ayam Merah

Menu utamanya ialah Sate Ayam Merah atau selanjutnya dalam artikel akan kusebut Sate Merah saja. Base taste satai ini berasal dari sebuah tempat di Lombok, kemudian diolah sedemikian rupa dengan mengombinasikan bermacam bumbu khas dari berbagai daerah sehingga menghasilkan cita rasa sempurna dan tak mudah dilupakan oleh siapa pun yang menyantapnya.

Berbeda dari sate ayam kebanyakan yang selalu ditemani bumbu kacang, Sate Merah ini pemberani, tak butuh teman. Dalam proses membuatnya, daging ayam yang telah dipotong dan ditusuk bambu, dimarinasi dalam bumbu khusus selama tiga jam sebelum dibakar. Bisa dibayangkan, bagaimana merasuknya bumbu merah yang bergelimang cabai tersebut. Tak hanya membuat sate jadi berwarna merah,  wajah si penyantap pun akan memerah setelah memakannya.
Kuliner hits jogja, sate ayam merah dari sate ratu
sate merah yang menggoda (dok. pribadi)
Melihat penampakan sate yang berhiaskan banyak isi cabai, membuatku kemecerperasaan semacam liur menjadi lebih banyak karena tergoda makanan. Pada gigitan pertama, yang terpikirkan olehku adalah, "Satenya enak banget!" Bumbunya benar-benar merasuk ke dalam dagingnya.

Wajar kalau kemudian sate tersebut tak butuh bumbu kacang sebagai pendamping. Proses pembakarannya pun pas banget. Menghasilkan daging yang empuk, lembut, dan terasa juicy, sebagai penanda daging dibakar dengan sempurna, tidak setengah matang dan tidak pula kematangan. Sedangkan untuk tingkat kepedasannya, menurut lidahku masih bisa ditoleransi, meskipun ada teman lain yang tidak tahan dengan pedasnya.

2. Lilit Basah

Beralih ke menu berikutnya yang juga merupakan andalan, yaitu Lilit Basah. Kira-kira, ini siapanya Sate Lilit? Saudaranya? Betul, Lilit Basah ala Sate Ratu merupakan transformasi dari Sate Lilit khas Bali. Tentu saja dengan bumbu yang berbeda. 

Awalnya, menu itu memang bernama Sate Lilit yang tusuknya menggunakan bambu pipih. Seiring berjalannya waktu, permintaan Sate Lilit kian meningkat, bahkan ada yang pesan dalam jumlah ratusan/ribuan untuk sebuah acara. Lantas Pak Budi menyiasati dengan menghilangkan bambu, mengubah bentuk, serta proses memasaknya. 

Kalau Sate Lilit proses memasaknya dengan cara dibakar, Lilit Basah cukup digoreng sebentar dengan mentega. Voila! Jadilah Lilit Basah yang diluncurkan sejak Juni 2018 lalu. Tanpa bambu  bukan  saja  lebih  menghemat  waktu  dalam  proses  produksinya,  pun sebagai bentuk kepedulian dalam  misi  menyelamatkan bumi, dengan  mengurangi  penebangan  dan  mengurangi  sampah.
Kuliner hits jogja, lilit basah dari sate ratu
lembutnya lilit basah (dok. pribadi)
Dibandingkan Sate Lilit, bentuk dan penyajian Lilit Basah lebih mengundang selera. Dengan taburan bawang goreng dan irisan mentimun, semakin ingin segera melahapnya. Makin mantap dengan adanya kuah yang cenderung manis. Aku sempat mengira kuah tersebut sengaja dibuat untuk mengiringi Lilit Basah. Faktanya, kuah tersebut merupakan uap air hasil pengukusan daging yang telah dicincang.

Saat makan Sate Lilit, biasanya masih terasa ada parutan kelapanya, tetapi dalam Lilit Basah rasanya daging ayam semua, teksturnya padat dan empuk. Sesekali bisa kurasakan daun jeruknya yang sangat kuat. Pun sedikit rasa pedas yang aman bagi siapa pun. Pak Budi sempat menyebutkan, menu tersebut memang dibuat untuk mereka yang kurang suka pedas.

3. Ceker Tugel

Selain Sate Merah dan Lilit Basah, ada juga menu andalan ketiga, bernama Ceker Tugel. Tepat sekali! Menu ini merupakan potongan kaki ayam yang diolah dengan bumbu super pedas. Dibuat khusus untuk penikmat kuliner yang menggemari masakan pedas.
Kuliner hits jogja, ceker tugel dari sate merah
ceker tugel super huhah! (dok. pribadi)
Per porsi Ceker Tugel berisi 6-7 kaki ayam yang masing-masing dipotong menjadi dua, agar lebih mudah saat memakannya. Dimasaknya pun sampai empuk, sehingga ketika digigit langsung mrothol di dalam mulut. Siap-siap banjir keringat dan ingus yang menetes ketika menikmati kuliner pedas dengan bumbu rempah yang sangat kuat tersebut. Ditambah lagi nasinya hangat dan pulen. Duhh, jadi lapar!

Rahasia Sate Ratu Jadi Favorit Turis

Setelah menikmati tiga menu di atas, rasa penasaran mengapa restoran tersebut bisa disukai para wisatawan dalam negeri sekaligus turis mancanegara mulai terjawab. Menu-menu di Sate Ratu sangat berbeda dengan yang disajikan oleh restoran atau rumah makan lain yang sama-sama mengusung sate sebagai menu utama.  Selain unik dan tiada dua, cita rasanya pun membuat susah untuk berpaling. 

Masih dalam sesi obrolan bersama Pak Budi, beliau membagikan rahasia mengapa Sate Ratu bisa banyak penggemarnya. Di awal membuka Sate Ratu, kedatangan wisatawan asing masih bisa dihitung dengan jari. Bagi  Pak Budi, hal tersebut justru dijadikan kunci  pembuka agar wisatawan asing lainnya juga berkunjung  dan menikmati  masterpiece di restorannya.
proses pembakaran sate merah (dok. sate ratu)
Sajian  yang istimewa tak cukup untuk membuat pelanggan merasa puas dan nyaman, karenanya Pak Budi selalu menyapa para tamu yang kemudian berlanjut dengan  obrolan. Dari hal sederhana tersebut, pengunjung akan terkesan dan merasa mendapat pengalaman berbeda saat berkuliner. Karena merasa senang dan puas, biasanya pelanggan akan membagikan pengalamannya pada orang lain. Bisa dengan obrolan antar teman atau antar  wisatawan saat di hotel/penginapan, bisa melalui review di portal panduan wisata semacam TripAdvisor, atau dengan bercerita di media sosial, dan sebagainya.

Mengetahui produknya semakin terkenal, Pak Budi  tak menyia-nyiakan hal tersebut. Di lokasi restoran yang lama, beliau menyulap dindingnya menjadi ajang menulis pesan dan kesan  para pengunjung dari berbagai negara. Bukan tanpa alasan hal  itu  dilakukan, memang sengaja memanfaatkannya sebagai salah satu ajang promosi, yang ternyata cukup afdal. Kini, di lokasi yang baru tulisan-tulisan tersebut ada dalam pigura yang bersanding dengan pigura-pigura piagam penghargaan dari berbagai media. 

Di kalangan wisatawan, Sate Ratu sudah menjadi primadona yang seolah ada peraturan tak tertulis, kalau mengunjungi Jogja jangan lupa singgah ke Sate Ratu. Bahkan, para selebritas dan influencer pun tanpa di-endorse akan merekomendasikan sate ini sebagai salah satu kuliner terbaik saat di Jogja.
penggawa timnas, rizky ridho pun mampir (dok. sate ratu)
Hingga kemudian, muncul tagline  "Sate Ratu kesukaan turis mancanegara dan Indonesia." Saking  laris  dan  terkenalnya  Sate  Ratu  dengan  tiga  menu  andalan, banyak  yang  mengajukan  untuk  membuka  cabang  atau  waralaba, tetapi selalu  ditolak  oleh  Pak  Budi.  Beliau  ingin  Sate  Ratu  menjadi  salah  satu  kuliner  khas Jogja  yang  tak  bisa  dijumpai  di  tempat  lain,  sehingga  keberadaannya  akan  melegenda.

Lokasi, Harga, dan Cara Mendapatkan Sate Ratu

Buat kamu yang berdomisili di Jogja,  atau  sedang  mengunjungi  Jogja  dan  penasaran  juga  dengan   kelezatan  Sate  Merah serta gengnya yang masing-masing dibanderol seharga Rp33.000 per porsi, silakan  langsung  meluncur  ke  Jogja bagian utara di kawasan Condongcatur. Tepatnya di Jl. Sidomukti (GMap di akhir artikel), buka setiap hari pukul 11.00 sampai dengan 21.00 WIB.

Sedangkan bagi tim mager, jangan khawatir karena kamu tetap bisa menikmati tanpa harus beranjak dari rumah atau hotel. Menu-menu di Sate Ratu sudah bisa dipesan lewat aplikasi pesan makan online seperti GrabFood ataupun GoFood.

Kalau kata aku, sih, mending langsung datang ke restorannya, agar bisa merasakan serunya mengantre, atau kalau beruntung bisa berbincang dengan Pak Budi. Sekadar informasi, Sate Ratu tidak menerima reservasi, semua pengunjung dianggap sama, meskipun seorang pesohor.

Selamat  berburu kelezatan trio primadona dan merasakan keramahan pelayanan Sate Ratu!


***


Jl. Sidomukti, Tiyosan, Condongcatur

DepokKabupaten Sleman 55281

Instagram: @sateratu