Masuk hari ketiga di marathon #10daysforASEAN, dan saat membaca tema yang dilemparkan oleh panitia langsung nyelutuk, "Busyett! Makin disuruh mengarang dan mikir nih." Gimana nggak kelimpungan kalau temanya seperti ini: (Branding Nation) Indonesia kaya dengan beragam budaya, namun di sektor wisata, Malaysia lebih berhasil mem-branding “Truly ASIA”. Kira-kira apa ya branding yang cocok untuk Indonesia? Buat tagline, dan jelaskan kenapa tagline itu cocok untuk Indonesia di kawasan ASEAN. Benar kan apa kataku? Tema hari ini benar-benar disuruh mengarang indah. Tapi, apapun itu, tetap musti dihadapi. Demi menciptakan rekor pribadi: update blog setiap hari, selama 10 hari! :))

Negara tetangga kita, Malaysia, memang boleh berbangga dengan tagline-nya 'Malaysia, Truly Asia'. Bersama brand tersebut, Malaysia sukses meningkatkan wisatawan mancanegara yang berkunjung dan pernah memenangkan lebih dari 25 international creative and marketing effectiveness awards. Beberapa waktu lalu, iklan pariwisata negera tersebut juga sempat wara-wiri di banyak stasiun televisi kita, sampai-sampai ada yang tanpa sengaja hafal jingle-nya. Duh! Padahal kalau dipikir―sebenarnya malas juga memikirkan negara tetangga, apa benar Malaysia itu sudah mewakili gambaran Asia secara keseluruhan? Nggak juga kan? Perhatikan saja, banyak budayanya yang mendadopsi budaya milik kita, makanan khas pun juga sama saja. Lalu bagaimana dengan Bahasa Melayu yang menjadi identitas pribadinya? Sedikit demi sedikit mulai terpinggirkan oleh bahasa-bahasa yang dibawa para pendatang, seperti Inggris, China, dan India.

Hehehe... malah membahas negara tetangga ya? Nggak kok, itu tadi hanya sebagai perbandingan saja. ;) Melalui  Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Indonesia juga memiliki tagline untuk mempromosikan pariwisatanya, 'Wonderful Indonesia'. Menurutku, tagline tersebut sudah menarik. Terasa mewakili kekayaan alam dan keanekaragaman budaya Indonesia yang selama ini sebagai penyokong utama sektor pariwisata. Aku juga yakin, hampir setiap wisatawan dari luar negeri yang telah berkunjung ke Indonesia, pasti akan sepakat mengatakan kalau negeri kita tercinta ini memang wonderful. Mengagumkan. Artis sekaliber Gwyneth Paltrow yang belum lama ini menjelajah keindahan alam Pulau Komodo pun juga berpendapat demikian.

Tapi, kalau aku diberi kesempatan membuat tagline untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, boleh lah dicoba juga. Seperti hari ini, sesiangan aku coba mereka-reka serta merangkai beberapa kata agar menjadi kesatuan yang unik, simpel, menarik, dan yang terpenting adalah mampu menarik wisatawan luar saat mereka membacanya. Di tengah-tengah kesibukan mengerjakan tugas kantor, sementara pikiran mengembara mencari kata-kata yang sekiranya pantas digunakan sebagai branding nation negara kita, akhirnya ketemu juga jalinan kata yang tiba-tiba berjajar rapi di depan dahiku... 'Indonesia, Your Splendid Destination'.

Entah, mengapa kata splendid yang muncul. Sekilas memang berarti sama dengan wonderful, namun splendid memiliki arti lebih dibandingkan wonderful. Selain (menurutku) terdengar lebih keren, splendid juga bisa berarti sesuatu yang memuaskan. Tentu saja, hal itu sesuai dengan misi pariwisata Indonesia untuk memberikan pengalaman emosional yang tak terlupakan kepada para pengunjung. Jika mereka merasa puas setelah mengunjungi Indonesia, bisa dipastikan mereka tidak menyesal telah memutuskan berlibur di Indonesia dan mungkin akan berencana kembali lagi ke Indonesia demi mendapakan pengalaman tak terlupakan lainnya. Aku juga teringat salah satu judul buku―ingat, hanya judulnya saja ya, bukan jalan ceritanya―karangan Khaled Hosseini, A Thousand Splendid Suns. Khaled memilih kata splendid untuk menggambarkan keindahan ataupun keajaiban cahaya matahari. Nah, cocok sekali untuk menggambarkan Indonesia sebagai negara tropis yang berlimpah sinar matahari.

pantai di indonesia, tempat paling sempurna untuk berjemur para wisatawan (life.viva.co.id)


Indonesia yang mudah diingat dengan kehangatan iklimnya, keramahan penduduknya, dan juga aroma masakan khasnya, sangat mudah sekali kalau ingin menarik pengunjung. Terutama pengunjung dari Eropa dan Amerika, karena tiga hal mendasar yang sudah disebutkan tadi jarang dijumpai di tempat tinggal mereka. Selain itu, kemajemukan suku dan budaya Indonesia dengan berbagai kesenian daerahnya mampu menarik minat wisatawan asing untuk berkunjung, baik sekedar berlibur atau bahkan kemudian berniat mempelajari budaya Indonesia lebih mendalam. Begitu juga dengan berjuta kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, mulai dari daratan, pesisir pantai, dasar lautan, hingga puncak gunung, semuanya indah dan akan meninggalkan kesan mendalam jika dikunjungi.

contoh keindahan dasar laut indonesia (gonjangganjing.com)

Kehidupan masyarakat Indonesia pun layak dijadikan aset wisata. Ada banyak suku yang mendiami wilayah Indonesia, beberapa dari mereka masih hidup dengan cara tradisional. Cara hidup tradisional tersebut lah yang kemudian akan mampu menarik wisatawan dari negara-negara maju, karena belum tentu mereka mendapati pemandangan serupa di daerah asalnya. Kalau sudah melihat kehidupan tradisional sebuah suku, maka secara tidak langsung pengunjung juga akan menikmati nilai-nilai luhur budaya peninggalan nenek moyang yang masih terus dijaga hingga saat ini. Misalnya saja, membatik yang bisa ditemui di banyak suku, meskipun di setiap suku proses membatiknya bisa berbeda-beda. Jangan lupakan juga kalau biaya hidup di Indonesia tergolong murah dibandingkan dengan negara berkembang di wilayah ASEAN lainnya. Makanan, minuman, penginapan, bahkan kebutuhan sehari-hari bisa dikatakan sangat terjangkau bagi para wisatawan dari mancanegara.

membatik, yang hasil karyanya telah diakui unesco sebagai warisan budaya (hong.web.id)


Ya, sebenarnya Indonesia sudah kaya dengan segala hal yang mampu menarik pengunjung. Namun, walaupun sudah memiliki branding yang keren, itu semua tak akan berhasil mengangkat sektor pariwisata bila tak disertai dengan adanya infrastruktur mendukung. Inilah yang sampai sekarang masih menjadi permasalahan dalam mengembangkan pariwisata Indonesia. Bahkan, kucuran dana yang sedikit dari pemerintah juga bisa berujung gagalnya promosi pariwisata yang telah digencarkan. Menciptakan branding merupakan sebuah proses panjang yang berkelanjutan, yang musti didukung oleh konsistensi, komitmen, serta kerja sama dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah.


***

1 comments:

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.