Hari ini merupakan hari kelima Lomba Blog #10daysforASEAN. Sedari pagi, suasana Jogja adem. Membuatku enggan melakukan apa-apa, termasuk memulai menulis untuk tema hari ini yang membahas tentang kopi: Sekarang ini, minum kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Hampir di seluruh penjuru kota, tidak hanya di Indonesia tetapi juga ASEAN, banyak tersebar gerai kopi. Di dunia, negara penghasil kopi terbesar adalah pertama Brazil,  kedua Vietnam dan ketiga adalah Indonesia. Kedua negara terakhir adalah anggota ASEAN. Menuju Komunitas ASEAN 2015 ini, mampukah Vietnam dan Indonesia merebut pangsa pasar kopi dunia? Bisakah kedua negara tersebut menjadi partner produksi kopi, bukan menjadi rival atau saling bersaing.

Enak kali ya kalau mood seseorang bisa ditingkatkan dengan menyeduh kopi, kemudian menyesap dan menikmatinya sedikit demi sedikit hingga suasana hati membaik. Sayangnya, aku tak suka kopi dan tak tahu bagaimana cara menikmati kopi. Sudahlah... toh bahasan kali ini bukan tentang cara menikmati kopi. :P

Etapi, kebiasaan menikmati kopi ada hubungannya juga ding dengan tema hari ini. *labil* Ya, dari zaman dulu hingga sekarang, banyak orang tak bisa melewatkan harinya tanpa menyeruput kopi. Mulai dari saat santai di rumah, bekerja di kantor, hingga nongkrong di luar baik sendiri ataupun bersama kawan-kawan. Budaya berkumpul dan menghabiskan waktu bersama yang biasa disebut dengan nongkrong atau hang-out membuat menjamurnya gerai kopi. Di Indonesia, dari sekelas gerobak pinggir jalan seperti angkringan hingga gerai bertaraf internasional semacam Starbucks ada. Kafe menjadi kata yang paling membumi untuk menyebutkan sebuah gerai kopi. Kafe sendiri berasal dari bahasa Spanyol, cafe yang berarti kopi; sedangkan dalam bahasa Inggris lebih berarti pada bangunannya, yaitu tempat yang menjual berbagai minuman.

Menjamurnya gerai kopi tak hanya di Indonesia saja, melainkan juga di segala penjuru Asia Tenggara, bahkan di seluruh dunia. Minum kopi memang telah menjadi sebuah gaya hidup di zaman modern. Tak hanya sebagai minuman, dewasa ini kopi juga telah diolah dalam berbagai produk, misalnya saja produk perawatan kecantikan (lulur), farmasi, perasa makanan, dll. Banyak negara yang sektor perkebunannya menghasilkan tanaman kopi. Namun, yang paling berkuasa sebagai penyuplai kopi dunia adalah Brasil yang terletak di Amerika Selatan. Sebenarnya ASEAN boleh berbangga karena dua negara anggotanya juga menjadi penyuplai kopi terbesar di urutan kedua dan ketiga, yaitu Vietnam dan Indonesia, negara kita tercinta.

berbagai jenis kopi (jpwcoffee.com)

Selama bertahun-tahun, Brasil menguasai pangsa pasar kopi di dunia. Lahan yang luas serta iklim yang cocok merupakan dua faktor dasar yang dimiliki oleh Brasil, sehingga per tahunnya Brasil mampu menghasilkan dan mengekspor kopi dalam jumlah yang banyak. Penghasil kopi terbesar selanjutnya adalah Vietnam, negara tetangga kita yang masih masuk wilyaha ASEAN. Awalnya, kopi diperkenalkan di Vietnam oleh Prancis pada akhir abad ke-18, kemudian secara perlahan  tumbuh sebagai produsen kopi yang besar di tingkat Asia. Ekspor kopi di negara tersebut berada di urutan kedua di bawah ekspor beras. Selama ini, perusahaan penghasil kopi di Vietnam sebagian besar telah dipegang oleh badan usaha milik negara seperti Trung Nguyên, Hung Phat, Tam Chau, Viet Pacific atau yang lebih dikenal sebagai Vietcoffee, dan Vinacafe (Perusahaan Kopi Nasional Vietnam). Menurut Vietnam News tiga tahun lalu, kopi produksi negaranya menyumbang sekitar 14,3 persen pada pasar dunia. Dan, diperkirakan dari tahun ke tahun semakin meningkat.

kopi ketika masih berwujud buah (kopiluwakliarlampungbarat.blogspot.com) 

Sementara di Indonesia yang menjadi produsen kopi terbesar ketiga. Pada tahun 2012 lalu, perkepunan kopi di seluruh Indonesia mampu menghasilakan kopi jenis robusta 601 ribu ton dan kopi jenis arabika yang mencapai lebih dari 147 ribu ton. Dengan jumlah kopi yang dihasilkan tersebut, Indonesia sudah menyuplai tujuh persen dari produksi kopi dunia. Kopi robusta dan arabika menjadi dua jenis kopi terbesar yang dihasilkan negara kita. Selain itu juga masih ada jenis-jenis lain seperti Kopi Aceh, Kopi Toraja, Kopi Jawa, Kopi Lampung, dan sebagainya. Perlu diingat juga kalau Indonesia juga menghasilkan kopi unggulan dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis, Kopi Luwak.

kalau yang ini namanya kopi darat (dok. pribadi) 

Dengan lahan perkebunan seluas 1,3 juta hektare yang dimiliki Indonesia, produksi kopinya belum bisa dikatakan maksimal jika dibandingkan dengan Vietnam yang 'hanya' memiliki lahan seluas 500 ribu hektare namun mampu memproduksi kopi hampir dua kali lipat dari Indonesia. Hal tersebut terjadi karena ternyata, dalam pembibitannya Vietnam menggunakan pupuk kimia dan pestisida, sedangkan Indonesia tergolong menggunakan cara alami dengan pupuk kandang dan tanpa pestisida.

Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 yang berarti keterkaitan dan ketergantungan antar anggotanya semakin erat―terutama melalui adanya hubungan perdagangan, investasi, perjalanan, budaya yang semakin terbuka, apakah Vietnam dan Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar di Asia bisa ber-partner dalam hal produksi kopi dan kemudian merebut pangsa pasar dunia? Pertanyaan ini tidak bisa langsung dijawab dengan 'mampu' atau 'tidak mampu'. Melihat kebijakan yang diberlakukan oleh masing-masing negara sepertinya keduanya belum bisa dikatakan mampu jika dalam waktu dekat ini. Indonesia mencanangkan menjadi negara penghasil kopi nomor dua pada tahun 2016 mendatang. Dan, tahukah kalau ternyata selama ini Indonesia juga mengekspor kopi dari Vietnam? Nah, hal itulah yang akan dibidik Vietnam di tahun-tahun mendatang: meningkatkan komoditas ekspor kopi ke Indonesia. Ya, Indonesia dan Vietnam masih belum bisa lepas dari persaingan dalam hal memproduksi kopi.

Namun, tak menutup kemungkinan juga bila kelak kedua negara tersebut bisa menjadi kesatuan yang menguasai pangsa pasar kopi di dunia. Butuh waktu yang panjang untuk mencapai kejayaan tersebut. Bisa satu dekade, dua dekade, bahkan lebih.

***

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.