Keluargaku bisa dikatakan unik, kalau tak boleh dikatakan unik, aneh juga tak apalah. Hampir semua anggota keluargaku memiliki pengalaman yang berhubungan dengan orang gila, termasuk diriku sendiri.

Mulai dari cerita masa kecil yang masih tersimpan dalam memoriku. Ketika itu, aku berusia 5 tahun dan adikku 3 tahun. Seperti biasa, setiap bulannya ibu selalu mengajak kami melihat Parade Senja yang diadakan tanggal 17 setiap bulannya di Istana Negara Gedung Agung.

di pinggir jalan (menggergajibatu.blogspot.com)

Suatu sore di sepanjang pagar istana penuh dengan kerumunan orang. Aku, ibu, dan adik pun ada di sana. Saat asyik menyaksikan atraksi drumband AAU, adikku yang tidak digendong ibu tiba-tiba dari arah belakang diangkat oleh orang tak dikenal, orang gila.

Mulanya ibu tak sadar salah satu anaknya digondol orang gila, untung saja seorang ibu di sampingnya memberitahu. Sontak saja ibuku berlari mengejar orang gila yang sudah hampir sampai di dekat tugu jam kawasan 0 Km Jogja sambil berteriak, *“He…anakku arep digowo nengndi kui??! Kene-kene balekke anaku…!!”

Orang gila itu menengok dan mau melepaskan cengkramannya pada adikku. Hmm… untung saja, ternyata orang itu hanya iseng. Dasar, orang gila!

Pengalaman kedua adalah saat aku dan ibu menonton film di salah satu bioskop yang sekarang sudah ditutup. Kalau tak salah, film yang kami tonton saat itu adalah Robin Hood. Di tempat lain, bapak dan adik tengah mengelilingi kota dengan motor. Sebelum film selesai, bapak dan adik sudah menjemputku dan ibu. Mereka menunggu di bengkel teman bapak yang letaknya tak jauh dari bioskop.

Bapak asyik ngobrol tentang motor dengan temannya, sedangkan adik berlari kesana-kemari di trotoar. Tiba-tiba (lagi) ada orang gila yang menggendong adik. Kali ini adikku berontak dan menangis, sehingga bapak segera mengetahui dan mengejarnya.

Tak mau ‘kalah’ dengan adik, aku pun memiliki pengalaman tak terlupakan bersama orang gila. Waktu itu aku masih duduk di bangku SMP. Suatu hari, bapak, ib, dan kedua adikku pergi ke pernikahan salah satu teman bapak. Aku sebagai anak tertua sengaja tidak diajak dan dipasrahi menjaga rumah atau lebih tepatnya menjaga warung.

Sedang asyik menjaga warung sambil membaca, tiba-tiba ada orang gila perempuan lewat dan menyambar sapu yang ada di depan rumah. Entah mengapa, refleks aku berdiri dan berusaha merebut sapu itu dari si orang gila. Jadilah kami saling berebut sapu. **“Iki sapuku, ojo digowo tho!!” Teriakku masih tarik-menarik sapu dengan si orang gila. Ternyata orang gila itu kuat juga dan begitu kukuh mempertahankan sapu yang ada di tangannya.

Tak sampai lima menit kemudian, dia menyerah. Akhirnya dia mau juga melepaskan sapu itu. Ahh, untung saja. Ketika akhirnya dia berjalan meninggalkan depan rumah, aku pun berteriak, ***“Wooo…dasarr wong edyan!!” dia menengok dan aku cepat-cepat berlari ke dalam rumah dan menutup pintu. Tak lupa sambil membawa sapu tentunya.

Pengalaman ‘berinteraksi’ dengan orang gila masih dialami keluargaku sampai sekarang. Di lingkungan rumahku ada seorang gila yang sering berkeliaran, tapi dia tidak mau mengganggu warga sekitar. Aku dan keluarga menyebutnya si Gimbal.

si gimbal (dok. pribadi)

Tak tahu awalnya bagaimana, ibu sering memberi makanan pada si Gimbal. Dia ini paham kalau dirinya diajak bicara, meskipun tak ada kata balasan darinya. Suatu kali, bapak pernah menawarinya rokok dan tak disangka ternyata ia mau. Sekali diberi rokok, ia ketagihan. Ia sering tak mau kalau diberi makanan, tapi ketika ditawari rokok ia langsung mau dan beranjak mendekat. Terkadang dia juga ikut menonton TV  dengan berdiri di depan pintu rumah. Awalnya kami takut tapi lama-lama terbiasa juga.

bapak membantu si gimbal menyalakan rokok (dok. pribadi)
Gimbal ini sepertinya berasal dari luar Jawa, meskipun dia jarang bicara namun terkadang dia menjawab saat ada orang yang iseng mengajaknya bicara. Dan dia selalu menggunakan bahasa Indonesia. Bila ada yang mengajaknya bicara dalam bahasa Jawa dia paham juga tapi tak pernah menjawab. Pernah, pagi-pagi ia mengamuk, berteriak-teraik tak jelas sambil berjalan. Ibu yang kebetulan sedang menyapu menegurnya. ****“Ora bengak-bengok, mbribeni wong turu…” Ia hanya tersenyum dan berjalan lagi. Ketika sudah agak jauh dari rumahku, ia kembali berteriak-teriak lagi.

Sebenarnya aneh juga ‘berinteraksi’ dengan orang gila, orang gila yang  memang benar-benar gila. Tapi ketika niatnya tulus untuk menolong, tak apa-apa kan? Asalkan orang gilanya jangan seperti yang ‘menggondol’ adikku atau yang berebut sapu denganku.

***

*Hei....anakku mau dibawa ke mana itu??! Sini kembalikan anakku.
**Ini sapuku, jangan dibawa!
***Wooo....dasar orang gila!!
****Jangan teriak-teriak, nanti membangunkan orang (yang masih) tidur.

5 comments:

  1. wkwkwkwkwkwk... akhirnya ditulis jugaaaaaaaaaa :lol:

    ReplyDelete
  2. @mbak lina: wkwkwkwkwk...iya mbak, kemarin-kemarin nunggu fotonya si gimbal :D

    ReplyDelete
  3. wah bagus juga postingannya.
    kalau ada waktu mampir ke http://www.unsri.ac.id

    ReplyDelete
  4. http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/khasiat-lengkuas-untuk-keperkasaan.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/7-keunikan-tubuh-wanita-yang-tak.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/restoran-ini-sarankan-pengunjung-makan.html
    http://sisiusus260.blogspot.com/2017/11/kisah-sim-alam-gaib-yang-bikin-bingung.html


    joint us :
    * BBM: D1E0517C / 2B3F0E24
    * WHATSAPP:+6282143134682
    * LINE: PELANGIQQ
    * WECHAT: pelangiqq

    ReplyDelete

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.