radheya dalam bentuk wayang
Dalam dunia pewayangan atau mitologi Hindu, awalnya ada beberapa tokoh yang aku sukai, kagumi atau idolakan. Di antaranya adalah Arjuna, Bhisma, dan Karna―aku lebih senang menyebutnya Radheya. Namun, akhirnya hanya Radheya lah yang bertahan dalam hatiku. Ia yang seringkali dianggap sebagai tokoh antagonis, tapi bagiku, dialah kesatria yang sesungguhnya.

Karna merupakan anak Dewi Kunti dengan Batara Surya, sehingga sebenarnya ia adalah saudara satu ibu dengan Yudhistira, Bima dan Arjuna, serta sepupu Nakula dan Sadewa. Namun, pada perang Baratayudha ia justru berada pada pihak musuh Pandawa, yaitu Kurawa. Benarkah ia tulus membela negara Astina dari gempuran Pandawa. Inilah yang kemudian menjadi menarik.

Karna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah yang hampir sama bagusnya dengan Arjuna―bahkan lebih bagus. Ia juga mahir dalam berperang, namun bakatnya terperangkap dalam status sosial yang rendah, apresiasi yang rendah dan kurangnya pengakuan terhadap kemampuannya. Hal itulah yang membuatnya haus akan status yang memberikannya identitas atau penghargaan.

Ketika masa kecilnya, pihak Pandawa tidak mengakui dan memberikan apresiasi terhadap Karna, justru pihak Kurawa lah yang memberikan apresiasi hingga mengangkatnya menjadi Adipati. Maka Karna memutuskan kesetiaan untuk membela Kurawa dan Negeri Hastinapura, meskipun ia juga tahu itu akan melukai saudara-saudaranya sendiri.

Kembali ke aku, mengapa aku bisa menyukai tokoh "antagonis" ini? Karena meskipun berada di pihak yang salah, dia sebenarnya tidak benar-benar antagonis. Karna adalah sosok kesatria yang memiliki sifat kompleks. Ia terkenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ksatria. Sifatnya angkuh, sombong, suka membanggakan diri, namun juga seorang dermawan yang murah hati kepada siapa saja, terutama fakir miskin dan kaum brahmana. Kesaktiannya yang luar biasa membuat namanya terkenal sepanjang masa dan disebut dengan penuh penghormatan.

Dengan kata lain, Karna berada di pihak Kurawa karena alasan hutang budi dan dia merupakan kesatria yang tahu membalas budi, jadilah ia mencintai negara Hastinapura yang lebih mengakui keberadaannya daripada pihak Pandawa. Sebelumnya, Krishna, Kunti, dan Bisma pernah menyarankan agar Karna bergabung dengan pihak Pandawa tapi ia menolaknya. Pada akhirnya, dalam bagian akhir perang Bharatayuda ia gugur di tangan Arjuna. Dalam kehidupan setelah kematian, meskipun sewaktu di dunia Karna hidup bersama para Kurawa, namun ketika berada di akhirat, arwahnya berkumpul dengan para Pandawa di nirwana.

***

*Tulisan ini berdasarkan kisah Mahabharata versi India dan Jawa (wayang).

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.