radheya dan radha (mythindia.wordpress.com)
“Tapi satu hal yang tak dapat kami mengerti adalah Kavacha dan  Kundala emas yang kau kenakan… Benda-benda itu seakan menyatu dengan kulitmu dan nampaknya tumbuh bersamamu…”

“Karena Kavacha dan Kundala itulah, maka ayahmu menamaimu Vasusena. Tapi ayahmu lebih suka memanggilmu Radheya karena kau adalah anak kesayanganku. Saat itu kami benar-benar bahagia mengetahui bahwa seorang anak akan tumbuh dalam rumah ini.”

“Dengan penuh kasih sayang, aku mendekapmu di dadaku… Mungkin disebabkan oleh naluri keibuan dan kasih sayang yang begitu kuat, keajaiban yang lain terjadi! Aku mampu menyusuimu untuk memuaskan rasa laparmu setelah berhari-hari terapung di sungai, seakan kau terlahir dari rahimku!”

Radha mengeratkan pelukannya, seakan menyiratkan apa yang ada di benaknya: ’Sesaat lagi kau akan meninggalkanku… sampai saat itu tiba, biarkanlah aku memelukmu erat-erat anakku…‘

“Anakku, besar kemungkinan bahwa kau terlahir dari darah Kshatriya, dan kau seharusnya tumbuh besar di dalam istana. Tetapi nasib telah menyebabkan kau selama ini hidup sebagai anak seorang kusir yang papa. Kekayaan yang bisa kami berikan kepadamu selama ini hanyalah berupa Cinta dan Kasih sayang.”

Air mata Radha mengalir semakin deras membasahi baju Radheya,

“Tidak anakku… semua ini bukanlah karena kutukan yang menyebabkan kau tidak berkeinginan untuk seorang Sarathy seperti ayahmu. Kau ingin belajar ilmu Kshatriya karena kau terlahir sebagai seorang Kshatriya! Dan aku sangat yakin akan hal itu!”

Dengan isakan yang mengguncang tubuhnya, Radha melanjutkan: “Pergilah anakku. Pergilah untuk mencari ibu kandungmu… Saat kau menemukannya nanti, niscaya kekosongan di hatimu akan terisi penuh dengan cinta… Sedangkan untukku…. Aku cukup bahagia telah diberikan kesempatan oleh Dewata untuk membesarkanmu dan melihatku tumbuh dewasa sebagai anak laki-lakiku selama ini. Kenangan selama 16 tahun inilah yang akan semangat bagiku untuk menyambung hidupku di tahun-tahun mendatang.”

Mendengar kata-kata ibu angkatnya itu Radheya menangis, air matanya membasahi dada wanita yang sangat dicintainya itu.

Dengan nada tersendat, dia bertanya, “ Ibu… kenapa ibu berkata begitu? Apakah ibu bermaksud untuk menyingkirkanku juga, seperti apa yang dilakukan oleh wanita yang melahirkanku ke dunia ini??? Aku tidak tahu siapa dia, aku tidak tahu dari mana asalnya, dan di mana dia berada saat ini, dan aku tidak ingin tahu!”

“Selama ini aku sudah mempunyai kau sebagai ibuku, seorang ibu yang terbaik dan termulia di antara semua ibu di dunia ini… Kau telah memberiku hidup. Kau memelihara, merawat dan mendidikku dengan penuh kasih sayang… bagiku kaulah satu-satunya Ibuku… Di dunia ini aku tidak menginginkan ibu yang lain… aku sudah puas menjadi anakmu.”

Dengan berapi-api dia melanjutkan, “Namaku adalah Radheya, dan akan tetap dikenal sebagai Radheya sampai akhir hidupku… Hanya dengan nama itulah aku mau seluruh dunia mengenalku…"

***

*Sumber:  Kumpulan Dongeng & Cerita Rakyat (Facebook), oleh R. Hutami

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.