Katanya, dalam menjalani hidup, kita harus berani bermimpi. Bukan sekadar bermimpi. Sesederhana apa pun mimpinya, kita juga mesti berani mengejar untuk mewujudkannya. Begitu pun denganku, ada mimpi-mimpi yang terus minta dikejar, dan mereka enggan peduli, apakah aku mampu mengejarnya hingga tercapai atau tidak. Sebagai seorang penggemar sepak bola, wajar jika salah satu impianku adalah bertemu dengan para pemain pujaan, biasanya yang ganteng-ganteng, sih.

Setelah beberapa tahun lalu kesampaian bertatap muka langsung dengan seorang pemain sepak bola asal Spanyol, Jose Antonio Reyes, akhir catur wulan kedua tahun ini (Agustus 2014), satu lagi mimpiku terwujud. Meski tak bertatap muka langsung, tetapi aku bisa melihatnya bermain bola secara langsung. Di stadion termegah milik Indonesia pula!

Ialah Fernando Llorente, pemain berkebangsaan Spanyol, yang sejak Piala Dunia 2010 membuatku kagum padanya. Ia yang awal-awal kemunculannya memiliki gaya rambut bak dewa Yunani Kuno. Ia yang begitu rendah hati dan ramah pada penggemar. Dan, ia yang memiliki kepedulian tinggi pada orang-orang tak seberuntung dirinya. Singkatnya, aku mengaguminya bukan karena permainannya di lapangan, namun karena karakter pribadinya.

yang begini nih, yang bikin terpesona . ups! (sumber: tumblr)
Tak dimungkiri, selain baik hati, ia juga ganteng.  Aku masih ingat betul saat Timnas Spanyol tiba di Polandia dalam rangka mengikuti gelaran Piala Eropa 2012, Llorente lah yang diberi roti penyambutan oleh gadis penyambut tamu. Gadis tersebut mengiranya kapten tim, dan pasti memberikan roti padanya juga karena ia yang terlihat paling ganteng. :P

llorente dengan trofi piala eropa 2012 (sumber: tumblr)
Kedatangan beberapa pemain asal Spanyol ke Indonesia membuatku berani bermimpi jika suatu saat ia pun akan singgah ke negara ini. Tahun 2011, berbekal fanbase abal-abal di Twitter, aku mulai sering mengirimkan tweet-tweet untuknya, berupa bujukan agar mengunjungi Indonesia. Aku selalu menyebutkan kalau Indonesia dekat dengan India, negara yang pernah dikunjunginya dalam rangka misi kemanusiaan. Aku pun sering bertanya padanya, apakah tak ingin seperti beberapa rekan senegaranya, Francesc Fabregas atau Fernando Alonso yang pernah mengunjungi Indonesia, bahkan Fabregas malah sudah dua kali.


Dua tahun kemudian, tepatnya pada bursa transfer musim panas 2013, ia yang awalnya bermain di Athletic Bilbao memutuskan untuk tak memperpanjang kontraknya dan hengkang ke Juventus dengan status free transfer. Sebelum memutuskan memilih Juventus, beberapa klub ternama sempat memperebutkannya, dan saat itu aku sangat berharap ia akan memilih Arsenal atau Barcelona yang notabene adalah klub favoritku. Namun, pilihan bukan perihal yang bisa dipaksakan.

madre dan padre yang selalu membanggakannya (sumber: tumblr)
Masa-masa ketika ia di Juventus, aku mulai jarang membribiknya melalui akun fanbase, tapi lewat akun pribadiku, terkadang masih suka mengomentari status atau foto-foto yang diunggahnya. 

Hingga kemudian, pertengahan tahun ini, tanpa sengaja aku membaca tweet entah milik siapa, aku lupa. Dalam tweet itu, ia menyatakan kalau tak sabar bertemu Llorente yang akan datang ke Indonesia. Aku langsung penasaran. Alih-alih bertanya pada orang tersebut, aku malah sibuk googling sendiri, mencari tahu dalam rangka apa Llorente datang, kapan datangnya, dan sebagainya. Namun, usahaku sia-sia, tak ada satu pun portal berita olah raga yang memuat berita rencana kedatangannya.

Aku sama sekali tak berpikiran kalau ia akan datang bersama Juventus. Jeda kompetisi memang sering dimanfaatkan para klub kaya untuk melakukan touring. Dan, akhir-akhir ini, Indonesia seringkali menjadi salah satu jujugan mereka. Jadi, kedatangan Llorente ke Indonesia tentu saja bersama klubnya. 

Saat itu juga, aku membulatkan tekad harus menontonnya langsung. Kapan lagi bisa menonton aksi idola dari dekat? Saking semangatnya, sampai-sampai aku bertekad akan berangkat sendiri jika memang tak ada temannya. Asal tahu saja, Juventus bukan klub yang kudukung, tapi demi Llorente, apa pun kulakukan. Bahkan, ketika Arsenal ke Indonesia, aku malah tak menontonnya.

llorente tiba di jakarta (sumber: juvetus.com)
Nyatanya, ada dua kawan yang mau ikut. Satu juventino, dan satunya memutuskan ikut karena ingin merasakan menjadi gembel di ibukota. Sesederhana itu. Sehari menjelang hari H, di tengah arus balik Lebaran yang masih memadati lalu-lintas, kami menuju Jakarta menggunakan bus yang sebelumnya sama sekali tak masuk dalam rencana.

Singkat cerita, pada sore keesokan harinya, kami sudah berada di pelataran GBK. Iya, Gelora Bung Karno yang stadion termegah di Indonesia itu! Ya Allah, lebih dari sepuluh tahun jadi penggila bola, baru kali itu masuk ke stadion megah.

di bandara dihadang juventini (sumber: Nine Sport Inc.)
Selepas menukarkan tiket, kemudian sholat maghrib, kami segera masuk ke dalam stadion. Merinding, bisa duduk di salah satu bangku penonton, meski kami berada di tribune atas, area paling jauh dengan lapangan.

Pertandingan baru akan dimulai jam 20.00 WIB, dan aku sudah tak sabar merasakan euforia sebuah pertandingan. Selama ini, biasa nonton bola dari TV saja, sesekali nonbar, nonton di stadion kota juga pernah, tapi aku yakin suasananya akan sangat berbeda.

ngiri banget lah sama pevita! (sumber: Nine Sport Inc.)
Di tengah-tengah suntuknya menanti, tiba juga giliran para pemain Juventus memasuki lapangan untuk berlatih, yang beberapa menit kemudian berlangsung kick-off antara ISL All Stars melawan FC Juventus. Sorak-sorai dari para suporter dan suara kembang api yang disulut membahana memenuhi seluruh stadion. Mereka meneriakkan nama Pirlo, Buffon, Vidal, Tevez, Pogba, dll. Aku? Tentu saja meneriakkan panggilan sayangku untuk Fernando Llorente: Floris!

Selanjutnya bisa ditebak, sepanjang pertandingan mataku tak lepas dari sosoknya. Ke mana pun ia menggiring bola, dari kejauhan, mataku terus saja mengawasinya. Permainan indahnya menghasilkan empat gol yang dilesakkan ke gawang Kurnia Meiga, kiper yang mengawal gawang ISL All Star.

mau banget jadi anak yang dipegang pundaknya itu! (sumber: Nine Sport Inc.)
Aaaakk... akhirnya aku bisa melihatnya langsung. Mata sampai berkaca-kaca karena saking senangnya. Dulu, sempat mengira kalau salah satu mimpiku itu akan terwujud dalam waktu yang masih lama. Kenyataannya, ketetapan Allah memang tak bisa diterka. Memang benar kalau konspirasi semesta turut serta membukakan jalanku, mulai dari adanya kawan yang mau menemani, kedatangan bus penyelamat, telepon dari Budhe di Jakarta, dan banyak hal lainnya lagi.

ada llorente dalam foto yang berkualitas sangat buruk ini (dok. pribadi)
Terima kasih, Avi dan Catur, yang telah menemaniku menjemput mimpi. Tanpa kalian, mungkin aku batal ke Jakarta, karena aku tak yakin akan benar-benar nekat berangkat sendiri. Pengalaman tersebut menjadi yang paling berkesan di 2014 ini, sekaligus menjadi yang takkan terlupakan dalam hidup. Terima kasih juga untuk Nine Sport Inc, selaku pihak promotor yang mendatangkan Juventus FC. Tanpamu, mimpi bertemu Llorente belum akan terwujud.

Dan, mimpi tersebut pun berlanjut... kelak, giliranku yang akan mengunjungi negara Llorente. Semoga!

Kalau tak malas, aku juga akan menuliskan kisah kami menjadi gembel di ibukota. Mulai dari kegalauan di Kutoarjo, city tour di Jakarta, hingga detail pengalaman berada di GBK. Pastinya, tulisan tersebut untuk tahun depan, yaa... ;)

***

3 comments:

  1. Ya Ampun,,,sampai segitunya mengidolakan pemain bola,,,, memang bangga sih kalau pemain yang di idolakan main di Indonesia dan bisa melihatnya bermian dengan mata kepala sendiri, pengalaman yang sungguh tak terlupakan.... selamat ya ^.^
    tempat dinner romantis di bali

    ReplyDelete
  2. boleh2 aja kamu fans sama Llorente, tapii.........
    Jgn terlalu berlebihan yaah...

    ReplyDelete

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.