Merah menyala dan berada di garda terdepan. Memainkan alat musik tambur serta seruling untuk melantunkan lagu berjudul Gendhing Dhayungan untuk lampah cepat, dan Lagu Ratadhedhali untuk lampah lambat. Menyandang keris, bedhil, dan tombak.

Ialah si Lombok Abang, satu-satunya prajurit Keraton Yogyakarta yang kuketahui namanya saat masa kecil. Kini sudah tahu semua nama prajurit, dong. Sebenarnya, bregada ini bernama Wirabraja.

patung prajurit wirabraja di museum kraton jogja (dok. pribadi)
Mengapa prajurit Wirabraja lebih terkenal dengan sebutan Lombok Abang? Prajurit ini memang mengenakan seragam berbentuk sikepan, ikat pinggang dari kain satin, dan celana panji, yang semua berwarna merah menyala. Dilengkapi dengan sepatu pantofel hitam serta berkaus kaki putih, juga memakai topi bernama kudhup turi (dalamnya memakai blangkon) yang ujungnya lancip menyerupai kelopak bunga turi dan lombok abang (cabai merah). Namun, ada juga yang menyebutnya topi centhung (berbentuk seperti enthung atau kepompong).

Ketika masa penjajahan, Prajurit Wirabraja berada di garis depan dalam setiap pertempuran. Karena itu sampai sekarang pun, dalam berbagai upacara adat keraton, prajurit ini tetap berada di posisi paling depan di antara pasukan atau bregada prajurit lainnya.
si lombok abang sebagai cucuking lampah... (dok. pribadi)
Dulu, para para Prajurit Wirabraja tinggal di ujung barat luar benteng Keraton Kasultanan Yogyakarta. Konon, bregada ini sengaja ditempatkan di daerah tersebut dengan tujuan mempertahankan benteng keraton yang pada saat itu musuh datangnya dari arah barat.


Nama Wirabraja berasal dari kata wira berarti berani dan braja berarti tajam. Kedua kata itu berasal dari bahasa Sansekerta. Filosofisnya, Wirabraja bermakna suatu prajurit yang sangat berani dalam melawan musuh, tajam, serta peka panca inderanya. 

Dalam setiap keadaan ia akan selalu peka. Dalam membela kebenaran ia akan pantang menyerah, pantang mundur sebelum musuh dapat dikalahkan. Sehingga prajurit ini mempunyai tugas sebagai cucuking laku, alias pasukan garda terdepan.
narsis bersama pak sudasiyo, panji bregada wirabraja (dok. sigit prabowo)
Kini para prajurit Lombok Abang tak hanya tinggal di daerah Wirobrajan, tapi tersebar di seluruh Jogja. Contohnya saja Pak Sudasiyo yang tinggal di area dalam beteng keraton, tepatnya di Kampung Suryoputran. Beliau sudah berkiprah sebagai prajurit keraton selama puluhan tahun.


***

2 comments:

  1. kalo jaman sekarang ini mungkin itu prajurit kopassus kale yach... baret na jg merah... hehehe...

    ReplyDelete

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.