Hari terakhir di gelaran lomba blog #10daysforASEAN, semua sudah bisa menebak kalau negara yang akan dibahas adalah negeri kita tercinta, Indonesia. Dan, benar saja, ketika membaca tema yang disusun tim juri hari ini, Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia dan juga sebagai markas sekretariat ASEAN akan menjadi topik penulisan. Kira-kira, seperti ini temanya: Keberadaan markas ASEAN Secretary di Jakarta merupakan suatu kepercayaan bahwa Indonesia bisa menjadi penghubung antar negara-negara anggota ASEAN atau Diplomatic City of ASEAN. Menurut teman-teman blogger mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta? Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN?

peta lokasi negara-negara ASEAN (bisniskeuangan.kompas.com)


Mengapa Jakarta ditunjuk sebagai ibukota ASEAN mulai tahun 2015 besok? Mengapa bukan kota-kota besar lainnya yang sama-sama maju, seperti Kuala Lumpur, Singapore, atau Bangkok misalnya? Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi para investor asing. Selain sebagai pintu gerbang masuk ke Indonesia, Jakarta juga dinilai sebagai kota megapolitan yang sangat berpengaruh di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, menurut pemikiranku wilayah Indonesia yang besar dan luas juga memengaruhi penunjukan tersebut. Selama ini ada anggapan kalau yang lebih besar (perawakannya) biasanya bisa mengayomi, memberikan rasa aman dan nyaman bagi yang berada di sekitarnya. Begitu pun dengan Jakarta yang notabene berada di negara terbesar di wilayah Asia Tenggara.

Dengan ditunjuknya sebagai diplomatic city-nya ASEAN, diharapkan menjadi kota yang sentral dan mampu menjembatani segala urusan dan kepentingan seluruh anggota ASEAN. Indonesia telah mencetuskan wawasan visi ASEAN paska-2015 dengan ASEAN community in a global community of nations di mana setelah 2015, ASEAN bisa menjadi komunitas yang memperjuangkan kepentingan wilayah dan kepentingan dunia.

ASEAN menunjuk Jakarta sebagai diplomatic city-nya juga tak hanya asal pilih saja. Jakarta memenuhi kriteria sebagai sebuah kota penghubung―antara negara-negara anggota, pun penghubung antara ASEAN sendiri dengan dunia internasional. Selain berada di area strategis, Jakarta juga dinilai sebagai kota yang mampu mewakili dari seluruh keragaman yang ada. Dengan mengesampingkan kekurangannya, Jakarta merupakan kota yang sudah maju infrastrukturnya. Dan, penunjukkan sebagai ibukota ASEAN tersebut juga lebih mendorong pemerintah setempat untuk lebih memajukan Jakarta dan berusaha membuat agar kota tersebut memang layak menyandang gelar Diplomatic City of ASEAN.

Sebagai diplomatic city, tentu saja Indonesia―terutama Jakarta―akan mendapat keuntungan. Gelar tersebut akan mampu memperbaiki citra Indonesia dan menaikkan 'pamornya' di kancah internasional. Komunitas ASEAN memiliki prospek untuk maju di tahun-tahun setelah 2015. Dari prestasi tersebut, tentunya Indonesia akan mendapat penghargaan karena peran Jakarta sebagai ibukotanya berarti mampu menjalankan misi diplomatik di dunia internasional. Selanjutnya, hal tersebut akan memberikan kemajuan yang signifikan di bidang ekonomi serta politik. Akan semakin banyak investor asing yang masuk dan kemudian mengajukan kerjasama. Juga pengakuan dari negara-negara asing bahwa Indonesia bukan lah negara yang bisa dipandang sebelah mata lagi.

Di mana ada dampak positif, hampir selalu ada juga dampak negatif yang mengikutinya. Ditunjuknya Jakarta sebagai ibukota diplomatik ASEAN parti akan membuat kota tersebut semakin sibuk dan bukan tak mungkin pemerintah setempat justru akan terlalu fokus pada kepentingan-kepentingan ASEAN sehingga lupa memperhatikan kepentingan warganya dan pembangunan kota sendiri. Namun, hal yang kusebutkan itu mungkin peluang terjadinya akan sangat kecil. Yang jelas, Jakarta akan semakin macet karena akan semakin banyak juga para pendatang. Selain itu, Jakarta yang hampir setiap hari diwarnai demonstrasi, kelak akan saat akan menjadi ibukota diplomatik ASEAN akan semakin banyak yang berdemo hanya karena hal-hal remeh. Kalau sudah begitu, ujungnya-ujungnya macet juga. Ya, Jakarta bukan hanya macet karena banyaknya kendaraan, tetapi juga karena banyaknya segerombolan orang yang kadang meneriakkan hal-hal tak jelas.

Untuk kesiapannya sendiri, pemerintah kota Jakarta perlu mensosialisasikan pada warganya kalau kelak Jakarta tak hanya berjuluk ibukota negara saja, melainkan juga sebagai ibukota se-Asia Tenggara. Sehingga para warga yang belum menyadari menyadari bahwa kota yang dihuninya merupakan kota penting di ASEAN bisa lebih menjaga diri. Menjaga diri dari segala perilaku buruk yang akan mencoreng nama Jakarta. Dalam hal infrastruktur, sebenarnya Jakarta sudah dikategorikan maju dan modern, namun hanya kurang tertata saja. Karena itu, pemerintah setempat perlu lebih memperhatikan tata ruang kota, sarana dan prasarana kota juga perlu dibenahi serta ditambah. Macet, sampah, dan banjir merupakan masalah utama Jakarta. Ketiga hal itu perlu lebih diperhatikan pengelolaan dan penanggulangannya. Untuk bisa menjawab tantangan tersebut, bukan hanya pemerintah saja yang harus bekerja keras, tetapi perlu bersinergi dengan masyarakat setempat.

Komunitas ASEAN 2015 telah di depan mata, Indonesia melalui Jakarta telah dikokohkan menjadi ibukota diplomatik ASEAN. Kita sebagai warga negara Indonesia patut berbangga dengan hal ini. Namun, rasa bangga saja tak akan ada artinya jika tak diikuti dengan tindakan yang mendukung peranan Indonesia di kancah ASEAN. Dukungan yang kita lakukan bukan berarti harus terlibat langsung dalam kesekretariatan di Jakarta. Kita bisa melakukan hal-hal sederhana seperti menyebarkan semangat Komunitas ASEAN 2015 melalui blogging, ataupun melalui obrolan santai dengan orang-orang sekitar, dan sebagainya. Karena, berdasar pengalamanku 10 hari ke belakang dalam rangka mengikuti lomba blog #10daysforASEAN ini, ketika bertanya pada orang-orang sekitarku, ternyata banyak yang belum tahu mengenai wawasan Komunitas ASEAN. Jadi, mari kita sebarkan semangat menuju Komunitas ASEAN 2015 agar kelak siap menghadapi kerasnya persaingan global.

***

1 comments:

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.