Dear, La Roja...

Seharian ini (19/06) pasti banyak pembencimu yang tengah menertawakan ketakberdayaanmu. Biarkan saja! Biarkan mereka tertawa hingga puas, hingga rahang enggan mengatup kembali!

Tergabung sebagai unggulan pertama di Grup B bersama Belanda, Chile dan Australia, kau tak mampu "berbicara" banyak. Setelah pada laga sebelumnya dibantai Belanda 1-5, hari ini giliran dilumat Chile 2-0. Dengan hasil buruk tersebut, kiprahmu sebagai penyandang juara bertahan harus berakhir dalam ajang Piala Dunia 2014.

Apakah engkau mengalami tekanan karena beban berat yang harus ditanggung? Wajar saja, dalam enam tahun terakhir, kau berturut-turut merengkuh tiga gelar juara: kampiun Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, serta Piala Eropa 2012. Apakah engkau mulai lelah dan tak mampu menanggung beban tersebut? Entahlah! Hanya Tuhan dan engkau sendiri yang tahu jawabannya. Kau boleh saja lelah memikul beban berat di pundakmu, tapi jangan sampai lelah untuk terus berjuang. Dan satu yang pasti, apa pun yang terjadi, aku tetap jadi pendukungmu!

Dear, La Roja...

Ketika pada laga pertama di babak penyisihan, kau dipukul telak oleh Belanda hingga jatuh tersungkur kemudian terguling-guling, aku segera menyadari kalau kau takkan lama di ajang sepak bola paling bergengsi sedunia tersebut. Maaf, bukannya pesimis atau tak yakin dengan penampilanmu, aku hanya mencoba melihat secara objektif. Nyatanya, penampilan yang kau suguhkan sungguh jauh berbeda dengan penampilan-penampilan sebelumnya.

"R.I.P tiki-taka!" begitu kata orang-orang. Mereka beranggapan bahwa strategi yang selama ini menjadi identitas permainanmu sudah tak efektif alias mati. Padahal, aku justru tak melihat gaya tiki-taka lagi dalam dua pertandingan terakhir. Menurutku, identitas tersebut bukan mati, tapi menghilang dari permainanmu. Penggawamu seringkali kehilangan bola saat mengumpan, serangan yang dibangun mudah pula digagalkan oleh lawan, dan yang paling mengkhawatirkan adalah buruknya pertahanan yang kau miliki. Bayangkan saja, dua pertandingan, tujuh kali kebobolan, dan hanya sekali mencetak gol―itu pun dari titik putih. Penampilanmu saat ini seolah tak ada gregetnya. Sekali lagi, maaf, penampilanmu terlalu biasa! Terlepas dari itu semua, kalau pun tiki-taka memang telah mati, belum tentu ada negara lain yang mampu menyamai perolehan gelarmu "hanya" dengan menggunakan strategi yang sama.

robben menguatkan iker (sumber: nemu di tumblr)

alexis menguatkan iniesta (sumber: @emenderk)

Sebelum laga selanjutnya, aku telah mencoba untuk bersikap optimis, tetapi entah mengapa, aku tetap tak mampu. Ditambah lagi melihat penampilan apik Chile ketika menghantam Australia. Benar saja, dini hari tadi menghadapi Chile, kau harus kembali takluk. Seiring dengan dibunyikannya peluit panjang tanda selesainya pertandingan, peluangmu untuk lolos ke babak berikutnya pun ikut kandas.

Memang, masih ada satu pertandingan melawan Australia, tetapi itu takkan mengubah keadaan. Paling hanya untuk menunjukkan gengsi saja, apakah kau akan menang sehingga citra dirimu sedikit membaik atau justru kalah lagi sehingga membuatmu semakin menjadi bulan-bulanan haters?

Yang pasti, pasukanmu di bawah asuhan Vincente del Bosque, tetap akan membawa pulang koper-koper lebih awal dari yang diharapkan. Ucapkan selamat tinggal pada tanah Brasil yang penuh dengan tanaman kopi. Berharap, kita berjumpa kembali di Piala Dunia berikutnya. Dengan pasukan baru, dengan harapan baru pula.

Dear, La Roja...

Tak usah ditanya, aku kecewa atau tidak. Meski tak sampai menangis―karena aku memang tidak bersedih―seperti ketika Italia dikirim pulang oleh pasukan ginseng pada Piala Dunia 12 tahun lalu, perasaan kecewa di hatiku saat ini sama besarnya seperti saat itu. Sama besarnya pula dengan perasaan kecewa ketika pada Piala Dunia 2010 silam, Italia sebagai juara bertahan harus tersingkir di babak penyisihan juga. Bedanya, kala itu Italia mampu meraih hasil lebih baik dengan dua kali seri dan sekali kalah.

Kalau ingin, aku bisa saja menyalahkan sang entrenador yang sepertinya kurang tepat meracik strategi dan keliru membawa pemain. Aku bisa saja menyalahkan Diego Costa yang digadang-gadang mampu melesakkan banyak gol, namun nyatanya perkiraan tersebut hanyalah sebuah harapan. Performanya sangat jauh dari yang diharapkan, mungkin menjadi beban baginya harus berlaga di negara tempatnya dilahirkan dan dibesarkan yang kemudian ditinggalkannya demi membela negara lain.

Aku bisa saja menyalahkan Iker Casillas dan barisan pertahanan yang setelah ditinggal Carles Puyol seolah menjadi benteng tanpa penjaga yang bebas dimasuki musuh. Aku bisa saja menyalahkan barisan tengah yang ibarat anak-anak ayam kehilangan induknya, berlari ke sana-kemari kebingungan tanpa koordinasi dan tanpa tujuan jelas. Namun, aku memilih tak menyalahkan siapa pun. Segala sesuatu ada masanya. Kadang di puncak kejayaan, dan kadang harus terpuruk pada titik terendah. Semua harus dihadapi, semua harus diterima dengan lapang dada.

Dear, La Roja...

Aku sangat mengerti, kau pun tak pernah menyangka semua akan seperti ini. Situasi ini memang mengecewakan dan menyakitkan. Benar kata salah satu grup band di negaraku, Letto, "Rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah merasa memilikinya."

Meski kehilangan peluang untuk mempertahankan titel juara, engkau harus pulang dengan kepala tegak! Engkau harus tetap berbangga, karena walau bagaimanapun, engkau beserta para penggawamu telah terekam dalam sejarah persepakbolaan dunia. Ya, kau adalah pemegang rekor hat-trick juara kompetisi bergengsi di dunia. Bukan hal mudah untuk mencapai rekor tersebut, dan bukan hal mudah juga bagi negara lain untuk memecahkannya. SĆ© fuerte!

Seperti Mark Bresciano yang dengan hati besarnya membantu seorang anak mengikatkan tali sepatu, dan seperti para suporter Jepang yang dengan kesadarannya memunguti sampah mereka sendiri di tribun setelah pertandingan negaranya usai. Mereka dan engkau sama-sama kalah dalam pertandingan di lapangan. Namun, mereka telah menjadi pemenang di hati para penikmat sepak bola. Dan kau... senantiasa menjadi  pemenang di dalam hati kami.

gracias! (sumber: @SeFutbol) 

Kami para suporter, akan terus berada di depan, sisi, dan belakangmu. Kami para suporter, akan terus mendukungmu. Ketika kau mengucapkan terima kasih atas dukungan yang terus kami berikan, maka kami pun berterima kasih untuk persembahan yang telah kau berikan. Kami yakin, setelah ini, engkau akan bangkit, menata kembali, dan melanjutkan perjuangan. Kalau kata Pep Guardiola, "Life is not only about winning. Now we have to recover, that's life."

"Kita tak bisa selalu menang, tapi untungnya, kita bisa melihat ke belakang dan melihat semua yang telah kita capai." ~ Fernando Torres



Segala kenangan indah tentangmu, terlalu manis untuk dilupakan. Dan, segala kenangan pahit tentangmu, terlalu berharga juga untuk dibiarkan begitu saja. Hidup itu tentang belajar dan berjuang. Belajar dari masa lalu untuk menghadapi masa depan, belajar dari segala kegagalan untuk merengkuh kejayaan, dan tentunya belajar dari segala keberhasilan untuk bangkit kembali jika kelak terpuruk. Tak ada kata menyerah di hati setiap orang yang terus berjuang!

Animo y a pensar en el futuro! Vamos, La Furia Roja!

***

Shalluvia. 2010-2024 Copyright. All rights reserved. Designed by Mesha Christina.